Tarilegong, merupakan tarian yang berlatar belakang kisah cuinta Raja dari lasem. Diterikan secara dinamis dan memikat hati. Tari Kecak, sebuah tari berdasarkan cerita dan Kitab Ramayana yang mengisahken tentang bala tentara monyet dari Hanuman dari Sugriwa. Tari Belibis; Tari Puspanjali ; Tari Manuk Rawa ; Tari Topeng Telek ; Tari Kecak TariJaipong merupakan salah satu tarian daerah yang berasal dari Jawa Barat. Tarian Jaipong adalah peleburan dari beberapa tradisional seperti pencak silat, ketuk tilu, wayang golek dan lain sebagainya, Tarian ini telah menjadi ikon kesenian daerah Jawa Barat. 201 Tari Alu Berasal dari Riau 202 Tari Ayam Sudur Berasal dari Riau 203 Tari Propertitari rangguk ayak dan gerakannya. Source: riverspace.org. Dengan service yang terbaik, anda akan kami bawa mengelilingi kota cirebon untuk menikmati kuliner dan budaya cirebon yang mendunia. Di yogyakarta, tari ini dikenal sebagai tari klana alus, sedangkan di jawa barat, khususnya cirebon, tari ini dikenal sebagai tari klana topeng. Tarilegong, merupakan tarian yang berlatar belakang kisah cuinta Raja dari lasem. Diterikan secara dinamis dan memikat hati. Tari Kecak, sebuah tari berdasarkan cerita dan Kitab Ramayana yang mengisahken tentang bala tentara monyet dari Hanuman dari Sugriwa. Tari Belibis; Tari Puspanjali; Tari Manuk Rawa; Tari Topeng Telek; Tari Kecak; Tari Legong Vay Tiền Online Chuyển Khoản Ngay. Tari klasik merupakan tarian tradisional yang berkembang di kalangan para Bangsawan atau lingkungan keraton. Tarian tersebut memiliki nilai seni yang tinggi, tapi juga memiliki nilai tradisional yang perlu dilestarikan. Kata klasik berasal dari bahasa latin yaitu Classici, yang memiliki arti golongan tinggi pada sebuah Saimin. 1993. Pengantar Pendidikan Seni Tari. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Melansir Pengantar Pendidikan Seni Tari Saimin, pada zaman feodal di Indonesia, bidang seni tari mengalami perkembangan yang pesat, baik di kalangan keraton maupun kalangan bangsawan lainnya. Golongan-golongan tersebut memiliki dana untuk membina dan mengembangkan tari-tarian. Sehingga, saat ini banyak peninggalan tari istana yang klasik dan bernilai artistik daerah di Indonesia yang memiliki peninggalan seni tari antara lain, Jawa Timur, Jawa Tengah yang berpusat di Yogyakarta dan Surakarta. Lalu, ada juga Jawa Barat yang berpusat di Banten dan Cirebon. Sumatera berpusatnya di Aceh, Padang, dan Palembang. Kemudian, Sulawesi yang berpusat di Ujung Pandang, dan klasik memiliki gerakan yang sangat menarik, dan gerakannya mempunyai patokan yang baku. Namun, sangat asyik, lho belajar tari klasik karena mengandung arti tentang kehidupan ini. Selain itu, tata rias, kostum hingga properti yang digunakan juga memiliki daya pikat yang luar biasa. Berikut beberapa contoh tarian Tari Golek Ayun-ayun Tari Golek Ayun-ayun Yogyakarta OfficialTari Golek Ayun-ayun merupakan salah satu jenis tari klasik gaya Yogyakarta. Tarian ini menggambarkan tentang seorang perempuan yang beranjak dewasa, sehingga gerakannya seperti ingin menunjukkan jati diri dan kecantikannya. Tarian ini biasanya dibawakan oleh satu orang penari perempuan, tapi bisa juga dibawakan oleh beberapa tari meliputi, gerakan perempuan yang sedang berdandan, merapikan rambut, dan berjalan dengan luwes. Tari Golek Ayun-ayun biasanya dipentaskan sebagai tarian penyambut tamu kehormatan dan acara perayaan yang lainnya. Kostum yang digunakan oleh penari yaitu, pakaian adat Jawa dan menggunakan sampur yang diikatkan ke Tari Golek Sri Rejeki Tari Golek Sri Rejeki AUDIO VISUAL ISI SurakartaTari Golek Rri Rejeki merupakan salah satu tari klasik gaya Surakarta. Masih tentang tarian yang melambang kecantikan seorang perempuan muda. Tarian ini juga menggambarkan kisah perempuan yang beranjak dewasa. Dalam gerakan tariannya pun memiliki kesan anggun, elegan dan memesona dan Golek Sri Rejeki sebagai simbol kesetiaan rakyat kepada rajanya. Maka dari itu, tarian ini juga merupakan wujud dan tanda, bahwa para perempuan telah memiliki persiapan yang matang dalam berperan membela keraton, jika suatu saat terjadi ancaman. Baca Juga Tari Serimpi Sejarah, Gerakan, Jenis, Pola, dan Maknanya 3. Tari Klana Raja Tari Klana Raja Klana Raja merupakan tari klasik gaya Yogyakarta. Tarian klasik ini diciptakan oleh Soenartomo Tjondroradono. Beliau adalah seorang seniman dan budayawan. Terinspirasi dari sebuah cerita Wayang Wong yaitu, terdapat seorang raja yang jatuh cinta kepada seorang dari itu, gerakan dalam tarian ini menggambarkan tentang gerakan seseorang yang sedang kasmaran. Tari Klana Raja dibawakan oleh penari laki-laki yang menggunakan kostum seperti seorang raja. Penari akan menunjukkan keberanian dan kegagahannya selama pertunjukkan, seperti seorang laki-laki yang sedang beraksi di depan perempuan Tari Gambyong Tari Gambyong NusantaraTari Gambyong merupakan salah satu tari klasik gaya Surakarta yang sangat populer di kalangan masyarakat Jawa Tengah. Terdapat beberapa jenis tari gambyong antara lain yaitu, tari gambyong pangkur, tari gambyong pareanom, dan tari gambyong ayun-ayun. Tari gambyong terus mengalami perkembangan, sehingga banyak menghasilkan variasi tetapi, meski berkembang menjadi banyak, ciri khas dari tari gambyong tetap dipertahankan, yaitu sesuai dengan adat dan budaya masyarakat Jawa. Tari gambyong biasanya dipentaskan sebagai tarian penyambutan tamu yang datang. Dalam acara-acara resmi, pernikahan dan yang lainnya, juga sering menampilkan tari gambyong sebagai wujud penghormatan dari tuan Tari Klana Alus Tari Klana Alus SugiantoTari Klana Alus adalah salah satu tari klasik gaya Yogyakarta. Tarian ini adalah tari tunggal putra dengan pembawaan karakter yang halus. Hal ini dapat dilihat dari gerakan-gerakan dalam tariannya. Tari klasik ini juga menggambarkan tentang kisah seorang kesatria yang sedang jatuh cinta kepada pujaan klasik ini cocok sekali bagi kamu yang penikmat suasana keromantisan hubungan cinta. Irama gerakan yang lamban dapat menambah indah suasana hati yang sedang dimabuk cinta. Jika, pada tari Klana Raja menggambarkan sosok raja yang jatuh cinta dan menunjukkan kegagahannya. Berbeda dengan tari Klana Alus, tarian ini menunjukkan gerakan yang tari klasik sangat mengasyikkan, bukan? Kamu menjadi semakin tahu tentang tradisi dan budaya suatu masyarakat dari tarian-tariannya. Tari klasik memiliki makna yang mendalam, sebab mengisahkan sebuah cerita maupun kehidupan pada zaman kerajaan. Tari klasik juga bisa menjadi sarana untukmu belajar mengolah emosi, lho. Sebab, dibutuhkan ketelitian, kesabaran, dan kedisiplinan dalam berlatih tari klasik. Baca Juga Penuh Kontroversi, 5 Gerakan Tarian yang Pernah Mengejutkan Dunia IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis. TARI KLANA ALUS Oleh Andreas Eka Putra NIM 13209241006 PENDIDIKAN SENI TARI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DESKRIPSI SEJARAH TARI TARI KLANA ALUS Tari Klana alus merupakan tari klasik gaya Yogyakarta yang berasal dari kraton Yogyakarta. Tarian ini pada mulanya hanya digelar/eksis dan dipelajari di lingkungan istana saja. Eksistensi puncak perkembangan tari klasik pada masa pemerintahan Hamengku Buwana VIII tahun 1921. Dalam perkembangannya, tari klasik yang semula hanya digelar/eksis di istana kemudian mulai dikenal dan dikembangkan di luar istana, dengan hadirnya organisasi kesenian yang bernama Kridho Bekso Wiromo. Setelah berdirinya organisasi seni di luar tembok istana, maka atas ijin Sri Sultan Hamengku Buwono VII, tari klasik diperkenankan diajarkan serta dikembangkan diluar tembok istana. Tari Klana Alus merupakan salah satu tarian yang dicipta dan dikembangkan di luar tembok istanaYogyakarata. Pencipta tari Klana Alus adalah Candraradana, selaku penari, guru tari, dan pencipta tari khususnya tari klasik gaya Yogyakarta. Tari Klana Alus merupakan tari klasik gaya Yogyakarta yang merupakan jenis tari putra halus. Tarian ini menggambarkan seorang raja yang sedang merindukan sorang putri. Sesuai dengan namanya, maka karakter dan gerak tarinya adalah gerak putra alus. Ciri khas gerakan tari Klana Alus adalah gerak ngana/kiprahan, yang diungkapakan lewat gerak muryani busana. Tarian ini menggambarkan orang yang sedang dirundung asmara yang diekspresikan lewat gerakan memakai busana sampai dengan asesoris. Tari Klana alus secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yang meliputi bagian pertama maju gending, bagian dua kiprahan, bagian tiga mundur gending. Gerakan tari Klana Alus nampak lebih ekspresif dinamis, karena iramanya terdiri dari beberapa irama, antara lain irama satu dan irama dua. DICIPTAKAN OLEH Pencipta tari Klana Alus adalah Candraradana, selaku penari, guru tari, dan pencipta tari khususnya tari klasik gaya Yogyakarta. DITARIKAN OLEH Taran ini ditarikan oleh 1 orang penari, karena tari ini merupakan tari tunggal. Namun bisa diolah menjadi tari kelompok. Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink. Tari Klana Alus Sri Suwela gaya Yogyakarta yang dikenal sampai sekarang ini merupakan tipe tari putra dengan karakter halus, dan hal ini dapat dilihat dari volume gerak serta visualisasi karakternya. Tari Klana Alus Sri Suwela gaya Yogyakarta merupakan salah satu dari beberapa bentuk tari yang bersumber dari wayang wong di Keraton Yogyakarta. Tari ini menggambarkan seorang raja atau kesatria yang sedang jatuh cinta kepada seorang wanita yang menjadi kekasihnya. Di dalam adegan jejeran wayang wong lakon Sri Suwela di Keraton Yogyakarta terdapat komposisi tari nglana, kemudian dilepas tersendiri menjadi bentuk tari tunggal. Penulisan ini untuk mengetahui pengaruh wayang wong di Keraton Yogyakarta terhadap tari Klana Sri Suwela, dan membahas penerapan konsep jogèd Mataram dalam tari Klana Sri Suwela. Penulisan ini menggunakan dua pendekatan yang melatarbelakanginya, yaitu pendekatan tekstual dan pendekatan konstektual. Secara tekstual pemberlakuan tari berkaitan dengan bentuk, struktur, dan gaya tarinya. Secara kontekstual pemberlakuan tari sebagai teks kebudayaan, dapat ditelaah melalui kedudukannya di masa sekarang kaitannya dengan catatan yang ada di masa lampau. Pencermatan tari Klana Alus Sri Suwela melibatkan unsur-unsur yang mendasari penjelasan tentang konsep tari Jawa gaya Yogyakarta. Unsur- unsur wiraga, wirama, dan wirasa merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam menjelaskan konsep tari Jawa. Di dalam pelaksanaan menari unsur wiraga, wirama, dan wirasa harus dibekali suatu ilmu yang disebut jogèd Mataram. Jogèd Mataram sekarang ini dikenal dengan konsep jogèd Mataram, terdiri dari empat unsur yaitu, sawiji, greged, sengguh, dan ora mingkuh. Bentuk dan struktur tari mengacu pada tata hubungan dalam struktur tari, sistem pelaksanaan teknik dan cara bergerak dalam bagian-bagian tubuh penari sebagai perwujudan tari yang utuh. Kata Kunci Konsep Joged Mataram To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the author.... Types of sports dance are constantly changing and transforming according to the emergence of new musical directions, rhythms and movements, therefore modern dances based on fresh and bright melodies, such as strip dance, tectonic breakdance [13]. Physical activity in Indonesia from 1970 to 2019 had movements that were basically based on movements that continued to be modified along with the times based on research from [14], physical activity is an integral part of a person's lifestyle and behaviours [8]. Fundamentally it does not prioritize regional culture and the art of movement which of course culture is a form of activity with a systematic pattern of movement starting from regional music and calculations on regional instrumentals that are created, human initiative in fulfilling their complex life needs and contains elements of joy for the elderly [15]. ...... Pada taraian terdapat pesan dari masyarakat yaitu, gagasan, pengetahuan, nilai, kepercayaan dan norma. Menurut Supriyanto, 2012 "Tari adalah suatu bentuk pernyataan imajinatif yang tertuang melalui kesatuan simbol-simbol gerak, ruang, dan waktu". Pada setiap tarian tradisional tidak Pertunjukkan budaya yang meliputi pertunjukkan seni, olahraga, ritual, festifal-festifal dan bentuk keramaian. ...Lisdawati LisdawatiAbdul Rahman SakkaTari Sumajo Tusang pada pesta pernikahan di Desa Salu Rante Kecematan Rongkong Kabupaten Luwu Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk penyajian Tarian Sumajo Tusang pada pesta pernikahan di Desa Salu Rante, dengan mengungkapkan bagaimana bentuk penyajian dan urutan cara melakukan Tarian Sumajo Tusang. Tarian Sumajo Tusang adalah warisan dari nenek moyang zaman dahulu yang tidak ditemukan penemunya pada saat itu, sehingga sampai sekarang masih digunakan pada masyarakat Desa Salu Rante. Dalam penyajian tarian ini berjumlah 6 orang penarai wanita, yang membentuk gerak seperti peyembahan, pejemputan dan membebaskan selendang yang di pakai penari. Tarian ini dipentaskan di tempat yang terbuka dan digedung. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data pada peneliti yaitu wawancara, dokumentasi dan observasi. Setelah data terkumpul data dianalisis secara benar dan di sesuaikan dengan kebutuhan dan kaitannya pada masalah yang akan dibahas. Ada pun jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder dengan instrumen yaitu peneliti sendiri. Hasil penelitian ini berdasarkan data yang dikumpulkan yaitu menunjukkan bahwa tarian sumajo tusang merupakan tarian yang dikembangkan oleh masyarakat salu rante. Dalam bentuk penyajian tarian ini menyimbolkan bahwa tarian ini merupakan kesimpulan dalam kegembiraan pada pesta pernikahan dan menggambarkan kehidupan yang di lalui pada zaman dahuluTio Martino Muhammad JazuliTujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan makna simbolik pertunjukan Tari Topeng Klana Cirebon. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang diabsahkan dengan triangulasi, kemudian dianalisis menggunakan tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukan makna Tari Topeng Klana terdapat pada elemen penari, gerak representatif, gendhing gonjing, busana, properti ules, kedok, gantungan, sesaji dan lakon. Pemaknaan berasal dari masyarakat atau penonton dan seniman setempat. Penonton menginterpretasi Tari Topeng Klana Cirebon sebagai konotasi angkara murka dan wujud amarah. Seniman memaknai Tari Topeng Klana menjadi tiga interpretasi, yaitu 1 Manusia yang berada pada puncak kematangan fisik, psikis, dan pola pikir. 2 Semangat mencapai tujuan hidup dengan memegang teguh pedoman agar jauh dari ketersesatan. 3 Manusia dalam mencapai dan menetapkan suatu tujuan manusia selalu bertindak dengan penuh pertimbangan. Interpretasi masyarakat yang bertentangan dengan seniman setidaknya dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu 1 ketidaktahuan masyarakat, 2 penghayatan yang kurang mendalam, 3 feferensi masyarakat dalam menginterpretasi berdasarkan pengetahuan yang populer di lingkungannya, serta 4 faktor HamalikOemar Hamalik, 2003, Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Akasara, Pendidikan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaSamuel SoeitoeSamuel Soeitoe, 1982, Psikologi Pendidikan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dan Faktor-faktor yang MempengaruhinyaSlametoSlameto, 2003, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta, Suatu Studi tentan Resep Pembuatan Wanda-wanda Wayang Kulit Purwo dan Hubungannya dengan Presentasi RealistikSp SoedarsoSoedarso, SP., 1986, "Wanda Suatu Studi tentan Resep Pembuatan Wanda-wanda Wayang Kulit Purwo dan Hubungannya dengan Presentasi Realistik", Laporan Penelitian, Proyek Penelitian dan pengkajian Kebudayaan Nusantara Javanologi Direktorat Jenderal Kebudayaan dalam Pandangan KebudayaanBen SuhartoSuharto, Ben, 1991, "Tari dalam Pandangan Kebudayaan", dalam Jurnal SENI Edisi Perdana, BP. ISI, Tari Gaya Yogyakarta Jenis dan PerwatakannyaSoenartomo TjondroradonoTjondroradono, Soenartomo, 1996, "Pengetahuan Tari Gaya Yogyakarta Jenis dan Perwatakannya", Diktat, Sekolah Menengah Karawitan Indonesia, Teori dan Pengajarannya. PT Hanindita Graha WidyaJ HermanWaluyoHerman, J. Waluyo, 2001, Drama Teori dan Pengajarannya. PT Hanindita Graha Widya, Yogyakarta. ISSN 1858-3989 Abstract Tari Klana Alus Sri Suwela gaya Yogyakarta yang dikenal sampai sekarang ini merupakan tipe tari putra dengan karakter halus, dan hal ini dapat dilihat dari volume gerak serta visualisasi karakternya. Tari Klana Alus Sri Suwela gaya Yogyakarta merupakan salah satu dari beberapa bentuk tari yang bersumber dari wayang wong di Keraton Yogyakarta. Tari ini menggambarkan seorang raja atau kesatria yang sedang jatuh cinta kepada seorang wanita yang menjadi kekasihnya. Di dalam adegan jejeran wayang wong lakon Sri Suwela di Keraton Yogyakarta terdapat komposisi tari nglana, kemudian dilepas tersendiri menjadi bentuk tari tunggal. Penulisan ini untuk mengetahui pengaruh wayang wong di Keraton Yogyakarta terhadap tari Klana Sri Suwela, dan membahas penerapan konsep jogèd Mataram dalam tari Klana Sri Suwela. Penulisan ini menggunakan dua pendekatan yang melatarbelakanginya, yaitu pendekatan tekstual dan pendekatan konstektual. Secara tekstual pemberlakuan tari berkaitan dengan bentuk, struktur, dan gaya tarinya. Secara kontekstual pemberlakuan tari sebagai teks kebudayaan, dapat ditelaah melalui kedudukannya di masa sekarang kaitannya dengan catatan yang ada di masa lampau. Pencermatan tari Klana Alus Sri Suwela melibatkan unsur-unsur yang mendasari penjelasan tentang konsep tari Jawa gaya Yogyakarta. Unsur- unsur wiraga, wirama, dan wirasa merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam menjelaskan konsep tari Jawa. Di dalam pelaksanaan menari unsur wiraga, wirama, dan wirasa harus dibekali suatu ilmu yang disebut jogèd Mataram. Jogèd Mataram sekarang ini dikenal dengan konsep jogèd Mataram, terdiri dari empat unsur yaitu, sawiji, greged, sengguh, dan ora mingkuh. Bentuk dan struktur tari mengacu pada tata hubungan dalam struktur tari, sistem pelaksanaan teknik dan cara bergerak dalam bagian-bagian tubuh penari sebagai perwujudan tari yang utuh.

tari klana alus dari yogyakarta merupakan contoh tari